Pengalaman Melahirkan Normal-Induksi

Hari itu menunjukkan pukul 9.30an pagi, ketika saya sedang pipis, ternyata air ketuban saya merembes keluar bersamaan dengan pipis. Seingat saya, usia kehamilan saya saat itu 37 minggu, lupa berapa harinya. Pada masa itu, saya sama sekali tidak merasakan adanya kontraksi atau mulas-mulas perut.

Kemudian saya memberitahu mas suami saya yang kala itu baru bangun tidur, hehe, memberitahu kalau ketuban saya sudah merembes. Karena dia baru bangun, otomatis responnya juga masih bisa dibilang setengah sadar (ngah ngoh haha). Dan saya mengatakan kepada dia, 'gapapa, santai aja, ngopi dulu aja, trus baru ke rumah sakit'. Jadilah kami ngopi dulu sambil dia membaca berita pagi di koran hp seperti biasa, dan saya dengan santainya menyapu lantai dan mencuci piring sambil sesekali mengepel air ketuban yang merembes di lantai (wong gendheng).

Pada akhirnya, menjelang Jumatan, kami seperti biasa memesan taksi online dan menunggu di depan burjo ujung gang, dengan membawa tas tenteng army loreng-loreng yang isinya jarik, celana dalam, popok kain, baju bayi, charger hp, buku KIA, dan beberapa printilan lainnya.

Sampai di rumah sakit, kami langsung masuk ke bagian IGD, dan pada saat itu ada seorang dokter jaga yang sedang duduk dengan beberapa perawat. Mungkin karena saking santainya pembawaan kami berdua, dokter jaga tersebut menanyakan dengan heran ada keperluan apa (mungkin dikiranya saya mau kontrol). Kemudian saya bilang kalau ketuban saya ud merembes. Terus beliau berkata, 'Wah, ruang observasinya penuh, jadi kami tidak bisa menerima', lha trus saya bilang, 'lha saya mau ke mana dong Dok? Ketuban saya ud ngrembes nih, takut kering, masak saya harus ganti rumah sakit, padahal dari awal segala riwayat kontrol saya ada di sini', karena pada waktu yang sama ada sepasang Mas Mbak yang katanya darurat juga (kalau diliat dari mbaknya sih kayaknya komplikasi pasca kuretase yang kemungkinan harus diobservasi dan opname).

Akhirnya, setelah perbincangan dokter dan perawat tersebut, akhirnya ada satu ruang kosong yang bisa dipakai. Fyuuuhhh,, ga kebayang deh gimana kalau harus ganti rumah sakit. Trus tanpa tedeng aling-aling saya dicek pake kertas khusus (mungkin kayak kertas lakmus) itu beneran ketuban atau bukan. Dan ternyata memang itu ketuban beneran, bukan bohongan. Tanpa kontraksi sama sekali, dan tanpa pembukaan serviks sama sekali. 

Pada pukul 3 sore, saya langsung digiring ke ruang periksa pake kursi roda supaya air ketubannya ga merembes terus dan habis. Nah akhirnya bertemu juga dengan dokter obsgyn yang biasa meriksa, langsunglah saya diUSG. Dari hasil pembacaan dokter tersebut, kepala bayi sudah masuk panggul dan aktif, tetapi jumlah air ketuban tinggal sedikit. Dan dokter tersebut menyampaikan kebutuhan untuk induksi karena tidak ada kontraksi sama sekali, dan jikalau sudah induksi bayi tidak juga lahir sampai esok dini hari, maka langkah berikutnya adalah dengan operasi sesar.

Kembali ke ruang observasi, di situ saya dililit oleh alat pendeteksi kontraksi rahim dan monitor denyut jantung bayi. Saya masih ingat, ketika Mbak Perawat mengatakan kepada saya untuk memencet tombol yang seperti bel setiap kali saya merasakan gerakan bayi di perut. Di saat yang bersamaan, datanglah perawat yang akan mengambil sampel darah saya dari pembuluh darah lengan kanan, dan memasang set infus di punggung tangan kiri saya, plus pengecekan subkutan alergi antibiotik karena saya akan diberikan antibiotik golongan cephalosporin via infus .

Waktu diambil darah, yeah oke oke saja, sakitnya bisa ditolerir. Waktu dipasang jarum infus juga oke oke aja sih, walaupun harus diulang sampai dua kali karena pembuluh darah yang pertama ditusuk ga pas, jadinya harus masang di pembuluh darah tetangga. Nah waktu tes alergi subkutan itu, sakitnya lumayan, tapi oke oke aja sih, untung ga alergi. Suruh tunggu 15 menitan untuk liat ada reaksi alergi atau enggak.

Kemudian setelah monitorisasi detak jantung bayi, aktivitas bayi, dan kontraksi rahim, saya akhirnya dikasih tablet induktor yang merangsang kontraksi rahim yang diemut di bagian antara gusi kiri bawah dan pipi jam 4 sore. Tabletnya kecil sih, udah dibilang, jangan ditelan hehe. Waduhh.. Mbak perawatnya bilang nanti jam 8 dicek pembukaannya.

Mas suami yang baik dan sabar menunggu dengan penuh perhatian (walopun ditinggal buat ngerokok di luar sesekali). Mbelikan air mineral yang 1.5 L, mbelikan makanan babi rica di McB yang kita makan sama-sama di ruang observasi. Dia beli nasi babi krispi. Wahh kenikmatan apa lagi yang kau dustai? Nasi panas, babi rica pedes, sama kobis timun mentah.. Yuuummm..

Dan dapet kunjungan kolega mas Juno dari biokimia yang menyempatkan menengok di ruang observasi setelah sepagian ngobrol dengan Mbak Eli Biokimia tentang aku, karena paginya aku whatsapp Mbak Eli tanya di mana yang jual asam asetat glasial literan haha.

Pukul 8 malam : dicek sama dokter temen hehe, ternyata baru bukaan 1 dan masih ga ada kontraksi sama sekali. Kemudian Mbak Dokter ini bilang nanti dicek lagi jam 12 malam. Dan setelah pengecekan yang jam 8 ini, saya dipindah ke ruang bersalin di seberang sana. Baju ud suruh ganti baju dari rumah sakit.

Pukul 12 malam : rasanya ngantuk, pengin bobok, pengin pipis terus, bayinya gerak gerak terus, mas suami masih sempet surfing ebaumsworld di hpnya. Waktu dicek, ternyata baru bukaan 3 aja, dan masih ga ada kontraksi. Kemudian setelah dikonsulkan sama dokter obsginnya, Bu Bidan bilang kalau sampai besok jam 4.30 pagi bayinya ga lahir, emang harus operasi. 

Pukul 2 dini hari, clingak clinguk ngeliat jam dinding. Mas suami ngantuk, jadi dia bobok. Saat itu kurasakan suatu sensasi sensasional dari bagian pinggang sebelah bawah, yang arahnya ke depan dan mendorong ke bawah. Aku yakin seyakin yakinnya, itu kontraksi rahimnya. Buju buneeengggg, rasanya bukan aku yang ngejan, tapi ini rahimnya ngejan sendiri. Padahal ud diwanti-wanti jangan ngejan dulu kalau belum bukaan full, nanti bayinya bengkak. Aduuuuhhhhh, aku cuma bisa menghela napas, atur napas, mencengkeram tangannya si mas sampek dia ketakutan sendiri dan khawatir. Batinku, ini mau sampai kapan yaak kayak gini. Bener-bener rasanya sakit, mana rahim ud mulai mengejan-ngejan sendiri dengan gilanya. Cuma bisa mringis-mringis sambil atur napas. Mas suami ud mulai was was tingkat dewa..

Pukul 4 dini hari, Mbak perawat junior yang memeriksa. Dia sebenernya agak ragu dan ga yakin (keliatan dari raut mukanya), bilang ke aku kalau aku baru bukaan 4. Eh buseeett, bakal operasi ni.. Namun dia langsung ke bu bidan senior yang emang mukanya lebih sangar hahaa. Langsung dicek, dan langsung bilang UDAH BUKAAN 9 MBAKK.. WOAAAAAAAA,, puji sang hyang Gustiiiii,,, sooooo exciteeeeddddd..

Akhirnya jam 4.30 pagi bukaan ud 10 dan dokter obsgin ud siap menerima si bayi. Dan sempet dimarahin sama dokter dan mbak mbak bidan gara-gara aku mengejannya ga pas, haha.. Akhirnya setelah beberapa kali mengejan, itu bayi keluar pukul 4.45an pagi.. Sampai sekarang masih ga percaya proses melahirkan yang sesungguhnya ternyata sangat singkat, dan tau-tau si bayi uda ada di tangan dokter aja. Dan selama proses melahirkannya itu aku bahkan ga bisa menjelaskan rasanya kayak gimana, soalnya tau-tau bayinya ud keluar aja. Bahkan waktu pak dokter melakukan penyobekan perineum aka episiotomy, blas ga ada rasanya sama sekali. Aku baru bisa merasakan waktu plasentanya ditarik keluar, nah itu aku tau rasanya gimana. Dan waktu dokternya injeksi lidokain untuk membius sebelum menjahit luka episiotomynya.

Akhirnya si bayi perempuan yang bernama Sofia brooott ini terlahir dengan berat 3.165 kg, panjang 50 cm, dan lingkar kelapa 33 cm dengan kelahiran induksi-normal, pake episiotomy, dan dijahit.
Beberapa jam setelah melahirkan, aku bisa dengan nyaman jalan-jalan, pipis, duduk bersila dan aktivitas lainnya bisa dikatakan kembali seperti biasanya, tanpa ada komplikasi. Memang hari pertama setelah melahirkan, adek bayinya belum bisa langsung pinter menyusunya. Akunya juga masih dibimbing sama Mbak perawat dan bidan yang memberikan informasi tentang teknik menyusui dengan pas. ASInya uda keluar tapi masih dalam bentuk kolostrum yang belum sebegitu deras. Hari kedua baru mulai deras.

Beberapa hal atau tips yang bisa aku sharing buat yang mau jadi Ibu hehe :
1. selalu berolahraga selama hamil, olah raganya apa itu? JALAN KAKI. ya, jalan kaki adalah olah raga paling sederhana, paling mudah, dan murah. Setiap hari dirutinkan, jadi kebiasaan nanti. Jalan kaki itu melatih otot daerah panggul atau pelvis sehingga lebih kuat untuk menopang kehamilan dan proses kelahiran. Jalan kaki juga merupakan olahraga kardiovaskuler yang baik untuk jantung dan paru-paru, sehingga membantu dalam proses pengejanan. Karena aku ga ikut senam hamil atau yoga, jadi jalan kaki ya itu olah ragaku. Baik juga agar membantu posisi bayi di posisi yang tepat menjelang kelahiran, yaitu kepala masuk panggul dan tidak malposisi.

2. ciptakan suasana dan atmosfer yang positif di sekitar kita. Termasuk interaksi dengan suami, hewan peliharaan, tetangga, orang-orang yang kita jumpai, karena itu semua akan membangun aura dan vibrasi positif sehingga dari segi psikologis kehamilan dan janin akan menjadi suatu hal yang menyenangkan dan menyehatkan.

3. Selalu memperhatikan higiene atau kebersihan diri dan lingkungan, karena ini penting agar kita tidak terpapar infeksi yang tidak perlu.

4. membaca hal-hal dari sumber yang kredibel dan pas dari manapun itu. Jangan sampai kita mendapatkan informasi yang salah yang membuat mentalitas kita menjadi lemah dan stres.

5. on top of that, ALWAYS BE POSITIVE



Comments

Popular Posts